Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) bulan Januari 2022 memutuskan mempertahakan suku bunga acuan atawa BI 7 day reverse repo rate di level 3,50%. Keputusan ini menjadi angin segar bagi sejumlah sektor, salah satunya sektor properti.

Analis RHB Sekuritas Andhika Suryadharma mencermati, tingkat suku bunga saat ini masih di berada di kisaran yang rendah apabila dibandingkan dengan level tertinggi di tahun 2018. Adapun kondisi ini akan menunjang konsumen Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Kalaupun suku bunga di tahun ini mengalami kenaikan, Andhika melihat kenaikannya akan gradual. Sehingga, pengaruhnya ke konsumsi KPR masih terjaga.

“Masih bisa memberikan ruang yang masih jauh dari titik tertingginya di 6% di 2018,” jelas Andhika kepada Kontan.co.id, Jumat (21/1).

Senada, Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menambahkan, ruang kenaikan suku bunga sebenarnya terbuka di tahun 2022. Kenaikan suku bunga diperkirkaan bisa dua kali atau total 50 bps di pertengahan dan akhir tahun.

Akan tetapi, apabila peningkatan suku bunga acuan itu benar tejadi, pengaruhnya tidak akan signifikan. Mengingat, sejauh ini suku bunga acuan sudah melorot 150 bps.

Selain suku bunga acuan, sentimen positif lain berasal dari Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pembelian properti yang diperpanjang hingga Juni 2022.

Benyamin mencermati, insentif fiskal tersebut masih akan berdampak positif walau memang tidak sesignifikan tahun lalu. Mengingat, insentif yang diberikan lebih mini.

Di sisi lain, inventori emiten properti di tahun 2022 ini cenderung terbatas.

Mengutip catatan Kontan.co.id sebelumnya, besaran PPN DTP di tahun 2022 ini berkurang 50% dibanding tahun 2021. Dengan demikian, untuk penyerahan rumah tapak atau rumah susun baru dengan harga jual paling tinggi Rp 2 miliar, insentif PPN DTP ditetapkan sebesar 50%.

Sementara untuk penyerahan rumah tapak dan rumah susun dengan harga jual di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar, insentif PPN DTP yang diberikan berjumlah 25%.

Adapun Benyamin melihat saham PWON dan SMRA menjadi yang menarik di tahun 2022. Menurutnya, pembukaan kembali ekonomi menjadi sentimen positif terhadap saham properti yang memiliki portofolio mal seperti PWON.

Di sisi lain, marketing sales PWON berpotensi meningkat 28% tahun ini. Sementara itu, SMRA tertopang rencana launching perumahan miliknya.

Kedua saham itu pun direkomendasikan buy dengan target harga masing-masing Rp 650 per saham untuk PWON dan SMRA memiliki target harga Rp 1.200 per saham.

Sementara itu, Andhika cenderung menjagokan CTRA, SMRA dan BSDE dengan target harga masing-masing Rp 1.500 per saham, Rp 1.300 per saham, dan Rp 1.300 per saham.

Kendati sektor properti memiliki tren positif tahun 2022, Andhika mengingatkan investor untuk tetap  mencermati kenaikan suku bunga yang lebih tinggi di luar ekspektasi pasar.

Benyamin menambahkan, perkembangan keputusan PPKM yang diambil oleh pemerintah seiring kenaikan kasus Covid-19 karena bisa memberatkan kinerja sektor properti.