Beberapa tahun belakang ini pembangunan hunian vertikal seperti apartemen sangat masif. Itu yang saya lihat di area Jabodetabek. Bukan hanya Jakarta, tapi daerah lain pun sama. Cobalah melewati jalan tol Jakarta-Cikampek saja, dari Bekasi hingga Karawang sekarang banyak terbangun apartemen.  Daerah yang dulunya sawah berubah menjadi apartemen. Semakin hari gedung tinggi apartemen semakin banyak dan menjulang di mana-mana.

Tawaran marketing di mana-mana dan menggiurkan. Jika dilihat motivasi orang membeli apartemen tentu berbeda-beda. Dari pengamatan kecil saya, berikut motivasi di balik lakunya hunian vertikal apartemen sekarang ini.

  1. Sebagai rumah tinggal

Bagi kaum muda, mungkin hunian apartemen lebih cocok dan disenangi. Juga untuk keluarga-keluarga yang hanya sementara tinggal di suatu kota, daripada beli rumah lebih enak menyewa apartemen. Tinggal di apartemen lebih praktis dan minimalis, tak perlu mengisi banyak perabot. Biasanya lokasi apartemen strategis sehingga lebih mendekatkan dengan kantor atau sekolah.

Sebagian orang juga memilih tinggal di apartemen karena lebih bebas. Kehidupan di apartemen sangat individual. Tak perlu resek dengan urusan tetangga dengan segala basa-basinya. Dengan adanya kondisi seperti itu, apartemen mampu mengakomodir kebutuhan dan keinginan ini. Tak heran apartemen di daerah tertentu sangat laris dan bahkan nilai jual atau sewanya menjadi tinggi.

  1. Untuk investasi

“Bisa untuk investasi, Bu…” begitu rayuan marketing apartemen di daerah saya ketika saya menolak halus. Saya jawab bahwa saya sudah ada rumah.

Selain itu, karena saya punya pengalaman sendiri mengenai apartemen, biasanya saya iyakan saja sambil senyum. Jika bersama suami, langsung saya alihkan supaya tidak tergiur.

Jauh sebelum heboh pembangunan kawasan bisnis dan apartemen di Cikarang, memang di daerah saya ini sudah banyak apartemen. Jadi terbayang, jika nanti semua sudah terbangun Cikarang akan menjadi padat dengan apartemen.

Pada waktu peluncuran awal mega proyek apartemen di sini, semua orang memang heboh. Bagaimana tidak tertarik karena memang konsep dan presentasi dari marketingnya sangat bagus.  Nanti akan dibangun ini dan itu, dilengkapi dengan fasilitas umum dan taman besar, bahkan akan dibangun helipad pada bagian atas gedung apartemen. Wow…. Sangat menarik, bukan?

Waktu itu tanda jadi pemesanan unit hanya dua juta rupiah. Kantor marketingnya berupa satu mall penuh dengan desain interior futuristik. Pokoknya wuihhh!

Orang-orang pun berbondong-bondong membelinya untuk investasi, bahkan ada teman suami yang menjadi sangat impulsif. Dia sampai meminjam uang kepada kami untuk tanda jadi dua unit apartemen. Tak bisa dipungkiri, iming-iming apartemen untuk investasi ini sangat menarik.

  1. Untuk sekadar gengsi

Suatu kali bertemu dengan seorang yang masih muda dan masih ada hubungan saudara. Dia bercerita sudah membeli apartemen kecil di daerah Jakarta. Juga sudah membeli mobil.

Sebenarnya tak masalah. Sah-sah saja daripada uang hasil kerja tak jelas lari kemana. Hanya saja saya menangkap dari omongannya bahwa kaum muda itu keren jika sudah punya apartemen. Bisa jadi untuk gaya karena yang penting punya.

Nah, bagi yang berkeluarga pun sama, karena saking hebohnya iklan pemasaran mega proyek di Cikarang, ada masa euforia di mana jika tak punya, tak ikut memesan, dan atau tak membeli apartemen itu seperti kurang, “Kok nggak beli? Sayang loh…” atau “Pesan berapa unit?”

Hmmm… orang memang beda-beda ya? Karenanya, tak bisa digebyah-uyah. Semua kembali ke awal tulisan ini bahwa membeli apartemen itu tergantung kebutuhan, kebiasaan hidup, selera, kesepakatan bersama, dan kondisi keuangan masing-masing orang.

Apakah akan menjadi tempat tinggal, investasi, atau pun sekadar gengsi? Semua berpulang pada diri sendiri, sebaiknya pertimbangkan secara matang sebelum membeli.

Bagi anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Vittoria Residence maupun seputar promo menarik lainnya, anda dapat menghubungi kami di 0811-964-8989.